Selasa, 01 November 2011

Pengertian filsafat menurut para ahli

a. Menurut Plato ialah ia memberikan istilah filsafat dengan dialektika yang berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian, karena filsafat harus berlangsung sebagai upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku.
b. Menurut Rene Descrates yaitu merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
c. Menurut Al Farabi. Filsafat merupakan kumpulan ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada.
d. Menurut Immanuel Khant, filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu sebagai berikut :
1. Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
2. Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab oleh etika)
3. Sampai dimana pengharapan kita? (dijawab oleh agama)
4. Apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi)

e. Menurut Francis Bacon, filsafat merupakan induknya dari ilmu-ilmu, dan filsafat mempunyai semua pengetahuan sebagai bidangnya.

f. Menurut Stephen R. Toulmin, menyatakan filsafat adalah Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika
Masih banyak lagi definisi-definisi tentang filsafat dengan beraneka ragam pengertian. Dari uraian di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa “Ilmu filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, manusia dan alam semesta, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia seharusnya untuk menguasai pengetahuan itu.

Definisi Geografi Menurut Para Ahli

Definisi Geografi Menurut Para Ahli - Pada tulisan ini blog Karo Cyber akan memaparkan definisi geografi menurut para ahli atau bisa juga dikatakan sebagai pengertian geografi menurut para ahli. Adapun beberapa para ahli yang membahas mengenai definisi geografi ini terdiri dari berbagai ahli dari berbagai belahan dunia.

Sebenarnya pengertian geografi sendiri pertama sekali sudah diperkenalkan oleh Erastothenes pada abad ke 1. Erastothenes mengungkapkan bahwa geografi adalah perpaduan kata yang berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.

Pengertian Geografi Menurut Para Ahli. Perbedaan pendapat mengenai sesuatu, merupakan hal yang sangat wajar bagi manusia, demikian juga dengan definisi atau pengertian geografi. Banyak para ahli, para tokoh dunia yang memaparkan berbagai pengertian/definisi geografi, namun pada dasarnya mempunyai inti yang sama.

Satu abad kemudian, tokoh lain bernama Claudius Ptolomaeus mengungkapkan pendapatnya tentang geografi, yaitu suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.

Untuk melengkapi pendapat kedua para ahli diatas, maka berikut blog Karo Cyber akan melengkapi definisi geografi menurut para ahli lainnya, informasi definisi geografi menurut para ahli ini sendiri diperoleh blog Karo Cyber dari berbagai sumber situs internte:

Preston e James
Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing.

Lobeck (1939)
Gegografi adalah suatu studi tentang hubungan – hubungan yang ada antara kehidupan dengan lingkungan fisiknya.

Frank Debenham (1950)
Geografi adalah ilmu yang bertugas mengadakan penafsiran terhadap persebaran fakta, menemukan hubungan antara kehidupan manusia dengan lingkungan fisik, menjelaskan kekuatan interaksi antara manusia dan alam.

Ullman (1954)
Geografi adalah interaksi antar ruang

Maurice Le Lannou (1959)
Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.

James Fairgrive (1966)
Geografi memiliki nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan-kemajuan dunia. Ia juga berpendapat bahwa peta sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari berbagai aspek dan gejala geografi.

Strabo (1970)
Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian di sebut Konsep Natural Atrribut of Place.

Paul Claval (1976)
Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan.

Prof. Bintarto (1981)
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.

Hasil seminar dan lokakarya di Semarang (1988)
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.

Depdikbud (1989)
Geografi merupakan suatu ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi.

Herioso Setiyono (1996)
Geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya dan merujuk pada pola persebaran horisontal dipermukaan bumi.

Bisri Mustofa (2007)
Geografi merupakan ilmu yang menguraikan tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, faquna serta basil-basil yang diperoleh dari bumi.

Harstone
Geografi adalah sebuah ilmu yang menampilkan relitas deferensiasi muka bumi seperti apa adanya,tidak hanya dalam arti perbedaan – perbedaan dalam hal tertentu, tetapi juga dalam arti kombinasi keseluruhan fenomena di setiap tempat, yang berbeda dari keadaanya di tempat lain.

Menurut wikipedia:
Geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo (“Bumi”) dan graphein (“menulis”, atau “menjelaskan”).
karodalnet

lintasberita  Share

Selasa, 29 Maret 2011

SENSUS PENDUDUK(kependudukan)

Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah dalam menanggani berbagai persoalankependudukan adalah dengan melakukan perhitungan jumlah penduduk atau yang sekarang sedang dilakukan yaitu sensus pemduduk, dan untuk mengetahui jumlah penduduk Indonesia dan dapat diketahui pula tingkat pertumbuhan penduduk suatu Negara,baik secara nasional,regional maupun local,juga pertumbuhan untuk setipa kelompok dapat diketahui juga.
Untuk menentukan angka pertumbuhan penduduk suatu daerah,dngan menggunakan beberapa tekhnik perhitungan penduduk disuatu wilayah,khususnya di Indonesia.ada beberapa tekhnik perhitungan penduduk yang digunakan di Indonesia yaitu, SENSUS,REGISTRASI, dan SURVEI.
1. Sensus Penduduk
Sensus penduduk merupakan sebuah survey yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengumpulkan informasi mengenai masyarakat yang ada, tetapi ada juga sensus mengenai hal lain seperti sensus perumahan,pertanian dan sensus pabrik.dengan sensus kita dapat mengetahui jumlah penduduk, informasi mengenai usi,pekerjaab,pendapatan,suku bangsa, dan jenis kelamin penduduk. Diketahui sekitar 90% Negara-negara di dunia telah melakukan sensus penduduk.
Adapun Manfaat dari sensus antara lain dapat mengetahui jimlah keseluruhan penduduk,golongan pendudukmenurut jenis kelamin,umur dan banyaknya kesempatan kerja,pertumbuhan penduduk,susunan penduduk menurut mata pencaharian agar dapat diketahui struktur perekonomian serta persebaran penduduk. Pemerintah melakukan sensus dalam jangka waktu yang rutin, umumnya dilakukan sekali dalam sepuluh tahun.
Metode pengambilan sensus penduduk dibagi menjadi 2 metode yaitu metode canvasser dan metode house holder.
a. Metode canvasser yaitu pengisian data pencacahan oleh petugas sensus sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh penduduk tercacah.
b. Metode house holder yaitu pengisian formulir sensus diisi sendiri oleh penduduk yang disensus.
2. Registrasi
Registrasi merupakan cacatan mengenai segala kejadian penting manusia, mulai dari kelahiran, kematian, perkawinan ,perceraian ,pengaangkatan anak, dan perpindahan penduduk tersebut.
Registrasi dilakukan oleh petuas di tingkat kelurahan, yang kemudian dilaporkan ketingkat kecamatan.

Jumat, 07 Januari 2011

Geologi Daerah Semarang dan Sekitarnya

Lokasi studi secara administratif mencakup seluruh wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada koordinat 110º16’20’’ – 110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º 55’34’’ – 7º 07’04’’ Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2 (lihat peta lokasi).


Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan silih berganti sepanjang tahun. Besarnya rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah Semarang utara 2000 – 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan antara 2500 – 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata perbulan berdasarkan data dari tahun 1994 – 1998 berkisar antara 58 – 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi di daerah pemetaan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 – 131 mm/bulan.
1.1 Morfologi Daerah
Morfologi daerah studi berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:
1. Dataran
Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai dan setempat di bagian baratdaya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 – 5% (0-3%), ketinggian tempat di baruan utara antara 0 – 25 m dpl dan di baguan baratdaya ketinggiannya antara 225 – 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah studi.
2. Daerah Bergelombang
Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 – 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 – 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah studi.
3. Pebukitan berlereng landai
Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 – 15 % dengan ketinggian wilayah 25 – 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh daerah pemetaan.
4. Pebukitan belereng Agak Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 – 30%, ketinggian tempat antara 25 – 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah studi.
5. Perbukitan Berlereng Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 – 50%, ketinggian tempat antara 40 – 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah studi.
6. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 – 70%, ketinggian tempat antara 45 – 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah studi.
7. Perbukitan Berlereng Curam
Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 – 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah studi.
1.2. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan dan konservasi.
1.3. Susunan Stratigrafi
Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang – Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut:
1. Aluvium (Qa)
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 – 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir.
2. Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg)
Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar berlembar (sheeting joint).
3. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)
Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.
4. Formasi Jongkong (Qpj)
Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1 – 50 cm, menyudut – membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).
5. Formasi Damar (QTd)
Batuannya terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batupasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus – kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 – 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 – 20 cm, menyudut – membundar tanggung, agak keras.
6. Formasi Kaligetas (Qpkg)
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut – menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus – kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batupasir tufaan, coklat kekuningan, halus – sedang, porositas sedang, agak keras.
7. Formasi Kalibeng (Tmkl)
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus – kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
8. Formasi Kerek (Tmk)
Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda – tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.
1.4. Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah studi umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat – timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut – tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat – timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.
1.5. Gerakan Tanah
Dari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah pelapukan batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu 14,85%. pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan batu pasir tufaan mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi sudut lereng kritisnya 23,5%.
Berdasarkan analisis di atas maka daerah Kotamadya Semarang dapat dibagi menjadi 4 zona kerentanan gerakan tanah, yaitu Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat Rendah, Rendah, Menengah dan Tinggi.
1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru, terkecuali pada daerah tidak luas di sekitar tebing sungai.
Merupakan daerah datar sampai landai dengan kemiringan lereng alam kurang dari 15 % dan lereng tidak dibentuk oleh endapan gerakan tanah, bahan timbunan atau lempung yang bersifat mengembang.
Lereng umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), dan lava andesit (Qhg).
Daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah sebagian besar meliputi bagian utara Kodya Semarang, mulai dari Mangkang, kota semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan, Gendang, Kedungwinong, Pengkol, Kaligetas, Banyumanik, Tembalang, Kondri dan Pesantren, dengan luas sekitar 222,8 Km2 (57,15%) dari seluruh daerah studi.
2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai.
Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 – 5%) sampai sangat terjal (50 – 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup baik cukup tipis dan vegetasi penutup baik, umumnya berupa hutan atau perkebunan.
Lereng pada umumnya dibentuk oleh breksi volkanik (Qpkg), batu pasir tufaan (QTd), breksi andesit (Qpj) dan lava (Qhg).
Daerah yang termasuk zona ini antara lain Jludang, Salamkerep, Wonosari, Ngaliyan, Karangjangkang, Candisari, Ketileng, Dadapan, G. Gajahmungkur, Mangunsari, Prebalan, Ngrambe, dan Mijen dengan luas penyebaran 77,00 km2 (19,88%) dari luas daerah studi.
3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi.
Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 – 15%) sampai sangat terjal (50 – 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng. Umumnya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang.
Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmk), perselingan batu lempung dan napal (Tmkl), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar (Qpk).
Penyebaran zona ini meliputi daerah sekitar Tambakaji, Bringin, Duwet, Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel, Deli, Damplak, Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan Srindingan dengan luas sekitar 64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh daerah studi.
4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat.
Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 – 15%) sampai curam (>70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang.
Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmkl), perselingan batu lempung dan napal (Tmk), batu pasir tufaan (QTd) dan breksi volkanik (Qpkg).
Daerah yang termasuk zona ini antara lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang, Mambankerep, G. Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan, Tebing Kali Garang dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan, Tegalklampis, G. Gombel, Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas penyebaran sekitar 23,6 km2 (6,21%) dari seluruh daerah studi.

Rabu, 03 November 2010

Apa perbedaan antara ilmu tanah dan geografi tanah?

Ilmu tanah ruang lingkupnya lebih sempit, sedangkan geografi tanah ruang lingkupnya lebih luas.

Ilmu tanah mempelajari tanah pada satu wilayah kecil saja, menyangkut apa yang ada di dalam tanah itu dan interaksinya dengan lingkungan dan makhluk hidup. Misalnya, di dalam tanah suatu wilayah yang telah ditetukan, terdapat kandungan undusr hara tertentu dan didiami oleh serangga tertentu yang terkait dengan vegetasi yang ada di atasnya. Selain itu juga dalam ilmu tanah dipelajari sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik tanah misalnya kelembaban, porositas, dan sebagainya. Sifat kimia tanah misalnya pH tanah, kandungan kimia terikat dan terlarut, dan sebagainya.

Geografi tanah cakupannya sangat luas, menyangkut karakteristik tanah dalam cakupan pulau, negara, maupun benua. Tanah yang dipelajari terkait iklim dan cuaca setempat, serta budaya dan adat istiadat warga setempat dalam memanfaatkan tanah tersebut.

Ada dua bidang studi yang dulu terkait keduanya namun saat ini terpisah dari keduanya, yaitu ilmu ukur tanah dan ilmu ukur wilayah. Keduanya memiliki analogi yang sama dengan kedua bidang ilmu tanah di atas. Ilmu ukur tanah menyangkut daerah yang sempit sehingga pengukuran cukup menggunakan theodolite dan sejenisnya. Ilmu ukur wilayah menyangkut wilayah yang sangat luas dan memperhitungkan kelengkungan bumi dan bidang geoid. Pengukuran memanfaatkan satelit dan alat ukur yang bersifat global yang terintegrasi dengan GPS.

Rabu, 27 Oktober 2010

Apa itu Theodolite?

          Adalah alat untuk mengukur dua buah sudut vertikal dan horisontal, seperti yang digunakan dalam jaringan segitiga. Theodolite merupakan alat utama dalam survei dan pekerjaan teknis, terutama pada pekerjaan pengukuran tanah, tetapi theodolites sudah disesuaikan untuk keperluan khusus lainnya seperti dalam bidang peluncuran roket meteorologi dan teknologi lainnya. Jenisnya ada laser auto level theodolite, dll. Theodolite modern terdiri dari teleskop yang dapat bergerak dalam dalam dua sudut (axis) bersamaan yang tegak lurus atau trunnion sumbu horisontal, dan sumbu vertikal. Ketika teleskop terarah pada obyek yang dikehendaki, maka sudut dari tiap-tiap axis dapat ***kur dengan tepat, biasanya pada skala arcseconds.
          "Transit" merujuk kepada suatu jenis teodolit khusus yang dikembangkan pada awal abad ke-19. Ada sebuah fitur yang dapat membuat teleskop "flop over" agar mudah menampilkan kembali dan dua kali lipat dari sudut untuk pengurangan kesalahan. Transit beberapa alat yang mampu membaca sudut langsung ke tiga puluh arcseconds. Di tengah-tengah abad 20, "transit" datang untuk merujuk ke bentuk yang sederhana dengan teodolit kurang presisi, kurang fitur seperti skala pengerasan dan mekanis meter. Pentingnya transits adalah waning sejak kompak, akurat theodolite elektronik telah menjadi alat luas, tapi masih menemukan transit yang ringan digunakan sebagai alat konstruksi pada situs. 
       Beberapa transits tidak mengukur sudut vertikal.
The builder tingkat sering keliru untuk transit tetapi sebenarnya jenis sudut lerengan. Alat baik horisontal maupun vertikal sudut. Ini hanya menggabungkan semangat dan teleskop untuk mengizinkan user untuk membuat visual saling berhadapan di tingkat pesawat.

Senin, 25 Oktober 2010

Apa itu Presipitasi

     Presipitasi merupakan peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair atau beku) dari atmosphere ke permukaan bumi.
a. Presipitasi cair dapat berupa hujan dan embun
b. Presipitasi beku dapat berupa salju dan hujan es.
Semua bentuk hasil kondensasi uap air yang terkandung di atmosfer.
Kondensasi
Ketika uap air mengembang, mendingin dan kemudian berkondensasi, biasanya pada partikel-partikel debu kecil di udara. Ketika kondensasi terjadi uap air dapat berubah menjadi cair kembali atau langsung berubah menjadi padat (es, salju, hujan batu (hail)). Partikel-partikel air ini kemudian berkumpul dan membentuk awan.
Proses terjadinya :
Penguapan air dari tubuh air permukaan maupun vegetasi akibat sinar matahari atau suhu yang tinggi.
Pergerakan uap air di atmosfer akibat perbedaan tekanan uap air.
Uap air bergerak dari tekanan uap air besar ke kecil.
Pada ketinggian tertentu uap air akan mengalami penjenuhan, jika diikuti dengan kondensasi maka uap air akan berubah menjadi butiran-butiran hujan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya presipitasi diantara lain berupa :
Adanya uap air di atmosphere
Faktor-faktor meteorologis
Lokasi daerah
Adanya rintangan misal adanya gunung.
Udara di atmosfer akan mengalami proses pendinginan melalui beberapa cara umumnya adalah akibat pertemuan antara dua massa udara dengan suhu yang berbeda atau oleh sentuhan udara dengan obyek dingin.
Awan merupakan indikasi awal terjadinya presipitasi tetapi awan tidak otomatis menandakan akan adanya hujan.
Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan tiga faktor utama :
Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi jenuh.
Terjadinya kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer.
Partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu, selanjutnya jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan) karena faktor gravitasi.
Gambar Siklus Hidrologi
siklus-hidrologi